Gunung Semeru
Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat 83 kali gempa letusan Gunung Semeru dalam periode pengamatan terbaru. Hingga saat ini, gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut masih berstatus Level III atau Siaga.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Nia Khaerani, mengatakan bahwa letusan Gunung Semeru terjadi hampir setiap hari. Informasi tersebut disampaikan melalui keterangan tertulis pada Kamis (3/3/2022).
“Erupsi terjadi setiap hari. Pada Selasa (1/3/2022) tercatat sebanyak 40 kali letusan dan pada Rabu (2/3/2022) tercatat sebanyak 32 kali,” ujar Nia.
Aktivitas Kegempaan Terus Meningkat
Berdasarkan laporan petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, pada periode Kamis pukul 00.00 hingga 06.00 WIB terekam 16 kali letusan, dengan amplitudo berkisar antara 10–21 milimeter dan durasi 55–95 detik.
Selain gempa letusan, tercatat pula dua kali gempa embusan dengan amplitudo 3–6 milimeter, satu kali gempa tremor harmonik, serta tiga kali gempa tektonik jauh. Aktivitas ini menandakan dinamika magma di dalam tubuh gunung masih berlangsung aktif.
“Secara visual Gunung Semeru terlihat jelas. Teramati letusan asap berwarna putih hingga kelabu dengan tinggi kolom sekitar 300–500 meter di atas kawah,” jelas Nia.
Pada periode selanjutnya, Kamis (3/3/2022) pukul 06.00–12.00 WIB, Gunung Semeru kembali mengalami tujuh kali letusan dengan amplitudo 10–20 milimeter dan durasi gempa 45–125 detik. Selain itu, terekam satu kali gempa getaran banjir dengan amplitudo 15 milimeter dan durasi cukup panjang, yakni 2.820 detik.
Sementara pada periode pukul 12.00–18.00 WIB, aktivitas letusan masih berlanjut dengan empat kali gempa letusan, masing-masing berdurasi 65–105 detik.
Rekomendasi dan Zona Bahaya
PVMBG menegaskan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara, khususnya di sepanjang aliran Besuk Kobokan, dengan radius 13 kilometer dari puncak.
Di luar jarak tersebut, warga juga dilarang beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini disebabkan potensi perluasan awan panas guguran dan aliran lahar yang dapat mencapai jarak hingga 17 kilometer dari kawah.
“Warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap lontaran batu pijar,” tegas Nia.
Selain itu, masyarakat diminta mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, serta aliran lahar di sepanjang sungai dan lembah yang berhulu di puncak Semeru, seperti Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
Pemantauan Intensif dan Koordinasi
PVMBG menyatakan bahwa pemantauan Gunung Semeru dilakukan selama 24 jam penuh menggunakan peralatan seismik dan pengamatan visual. Data aktivitas gunung secara rutin dilaporkan kepada BNPB, BPBD, serta pemerintah daerah sebagai dasar langkah mitigasi dan penanganan darurat.
Koordinasi lintas instansi juga terus diperkuat guna memastikan kesiapsiagaan aparat dan relawan di wilayah rawan bencana. Pemerintah daerah diharapkan aktif menyosialisasikan informasi resmi agar masyarakat tidak terpengaruh kabar simpang siur.
Sejumlah perkembangan terkini terkait bencana alam dan mitigasinya juga dapat diikuti melalui portal berita nasional seperti <a href=”https://informasindonesia.com”>informasindonesia.com</a>, yang secara rutin menyajikan laporan kebencanaan dari berbagai wilayah di Indonesia.
Dampak Bagi Masyarakat Sekitar
Meski hingga kini belum ada laporan korban jiwa, aktivitas Gunung Semeru berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar. Abu vulkanik tipis dilaporkan sempat turun di beberapa wilayah, meski masih dalam ambang aman. Warga tetap diimbau menggunakan masker untuk menghindari gangguan pernapasan.

Sektor pertanian dan peternakan juga perlu diantisipasi, mengingat paparan abu vulkanik dapat memengaruhi kualitas tanaman dan pakan ternak jika berlangsung lama.
Kesimpulan
Dengan tercatatnya 83 kali gempa letusan Gunung Semeru dan status Siaga Level III yang masih berlaku, masyarakat diharapkan tetap waspada dan disiplin mengikuti rekomendasi resmi. Aktivitas vulkanik yang fluktuatif menuntut kesiapsiagaan semua pihak guna meminimalkan risiko bencana.
PVMBG menegaskan bahwa keselamatan masyarakat adalah prioritas utama. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap zona bahaya dan imbauan pemerintah menjadi kunci penting dalam menghadapi aktivitas Gunung Semeru yang masih tinggi.