Thailand dan Kamboja Berkonflik
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas dan menarik perhatian dunia internasional. Salah satu pemicu utama konflik ini adalah sengketa wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear, sebuah kompleks candi kuno yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan keagamaan sangat tinggi.
Kuil Preah Vihear tidak hanya menjadi simbol warisan budaya Asia Tenggara, tetapi juga menjadi titik sensitif dalam hubungan diplomatik kedua negara selama lebih dari satu abad.
Kuil Preah Vihear dan Nilai Sejarahnya
Kuil Preah Vihear merupakan kompleks candi Hindu yang dibangun pada abad ke-9 hingga ke-12 dan didedikasikan untuk Dewa Siwa. Secara geografis, kuil ini berada di puncak tebing Pegunungan Dรขngrรชk, menghadap ke dataran rendah Kamboja.
Secara akses, kuil lebih mudah dijangkau dari wilayah Thailand, namun secara historis dan administratif, kawasan tersebut telah lama diklaim oleh Kamboja. Keunikan arsitektur dan keaslian bangunan membuat UNESCO menetapkan Kuil Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia pada 2008.
Namun, pengakuan internasional tersebut justru memicu ketegangan baru antara Thailand dan Kamboja.
Akar Sejarah Konflik ThailandโKamboja
Konflik perebutan Kuil Preah Vihear bermula dari perjanjian perbatasan tahun 1907 antara Kerajaan Siam (Thailand) dan pemerintah kolonial Prancis yang saat itu menguasai Kamboja.
Dalam peta perbatasan yang dibuat oleh Prancis, wilayah Kuil Preah Vihear ditempatkan di sisi Kamboja. Thailand kemudian mempertanyakan keabsahan peta tersebut, dengan alasan peta dibuat sepihak tanpa persetujuan penuh dari pihak Siam.
Ketegangan ini berlanjut hingga tahun 1954, ketika Thailand mengambil alih kawasan kuil setelah Prancis angkat kaki dari Indochina.
Putusan Mahkamah Internasional
Perselisihan tersebut akhirnya dibawa ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ). Pada tahun 1962, ICJ memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear secara sah merupakan milik Kamboja.
Putusan ini mewajibkan Thailand untuk menarik pasukannya dari area kuil. Meski demikian, Thailand tidak sepenuhnya menerima keputusan tersebut, terutama terkait wilayah di sekitar kuil, yang luasnya sekitar 4,6 kilometer persegi.
Inilah yang menjadi sumber konflik berkepanjangan hingga saat ini.
Eskalasi Konflik Tahun 2008 dan Setelahnya
Ketegangan kembali meningkat pada tahun 2008, setelah UNESCO secara resmi mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai Warisan Dunia atas nama Kamboja. Thailand menilai keputusan tersebut berpotensi memperkuat klaim Kamboja atas wilayah sengketa.
Sejak saat itu, beberapa kali terjadi bentrokan militer di sekitar perbatasan, menyebabkan korban jiwa, pengungsian warga, serta kerusakan fasilitas di sekitar kawasan bersejarah tersebut.
Situasi ini memicu keprihatinan internasional, khususnya terkait ancaman terhadap kelestarian situs warisan dunia.
Peran UNESCO dan Hukum Internasional
UNESCO secara tegas mengingatkan Thailand dan Kamboja agar tidak merusak Kuil Preah Vihear dalam konflik apa pun. Organisasi dunia tersebut menilai aktivitas militer di kawasan bersejarah dapat mengancam keutuhan dan nilai budaya situs tersebut.
Selain itu, UNESCO mendesak kedua negara untuk mematuhi hukum internasional, termasuk keputusan Mahkamah Internasional, serta mengedepankan dialog damai.
Makna Kuil Preah Vihear bagi Kedua Negara
Bagi Kamboja, Kuil Preah Vihear adalah simbol kebanggaan nasional, identitas budaya, dan warisan peradaban Khmer. Kuil ini juga memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat setempat.
Sementara bagi Thailand, kawasan tersebut memiliki nilai historis dan emosional, terutama karena keterkaitan budaya dan akses geografis yang lebih dekat dari wilayah Thailand.
Karena itulah, setiap aktivitas militer, klaim sepihak, atau perubahan status di sekitar kuil kerap memicu reaksi keras dari masing-masing pihak.
Dampak Politik dan Keamanan Regional
Konflik ThailandโKamboja tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral, tetapi juga pada stabilitas kawasan Asia Tenggara. ASEAN sebagai organisasi regional beberapa kali mendorong kedua negara untuk menyelesaikan sengketa secara damai melalui diplomasi.
Ketegangan yang berlarut-larut berpotensi mengganggu kerja sama ekonomi, pariwisata, serta keamanan regional jika tidak dikelola dengan baik.

Upaya Diplomasi dan Harapan ke Depan
Dalam beberapa tahun terakhir, Thailand dan Kamboja telah melakukan berbagai upaya diplomatik, termasuk dialog bilateral dan mediasi internasional, untuk meredam konflik.
Meski belum sepenuhnya menyelesaikan sengketa wilayah, kedua negara menyadari bahwa eskalasi militer hanya akan membawa kerugian, baik dari sisi kemanusiaan maupun pelestarian budaya.
Pengamat internasional menilai, solusi jangka panjang hanya bisa dicapai melalui pendekatan diplomasi, penghormatan terhadap hukum internasional, dan kerja sama lintas negara.
Kesimpulan
Konflik antara Thailand dan Kamboja terkait Kuil Preah Vihear berakar pada sejarah kolonial, perbedaan interpretasi peta perbatasan, serta kuatnya nilai simbolik kuil bagi kedua negara. Meski Mahkamah Internasional telah memutuskan kepemilikan kuil untuk Kamboja, sengketa wilayah di sekitarnya masih menjadi sumber ketegangan.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya penyelesaian konflik melalui jalur damai demi menjaga stabilitas kawasan dan melindungi warisan budaya dunia yang tak ternilai harganya.