Peneliti ITB
Peneliti itb temukan cara baru olah sampah plastik jadi bahan bakar adalah lompatan besar dalam perjuangan melawan krisis lingkungan dan energi di Indonesia โ karena di tengah tumpukan sampah plastik yang mencapai 6,8 juta ton per tahun dan ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil mengembangkan metode konversi plastik menjadi bahan bakar cair berkualitas tinggi melalui proses pirolisis termodifikasi yang lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan; membuktikan bahwa solusi untuk masalah besar tidak selalu datang dari luar negeri, tapi bisa lahir dari laboratorium kampus negeri, dirancang oleh anak-anak muda Indonesia, dan diujicobakan langsung di tempat pembuangan akhir (TPA) terdekat. Dulu, banyak yang mengira “sampah plastik = beban, tidak bisa dimanfaatkan, harus dikubur atau dibakar”. Kini, semakin banyak ilmuwan, pemerintah, dan pelaku industri menyadari bahwa plastik adalah sumber karbon yang sangat potensial, dan jika dikelola dengan benar, bisa menjadi alternatif energi terbarukan yang berkelanjutan. Banyak dari mereka yang rela kerja 12 jam sehari, uji coba ratusan kali, atau kolaborasi dengan pemulung hanya untuk memastikan teknologinya bisa diterapkan secara massal, terjangkau, dan memberi dampak nyata bagi masyarakat โ karena mereka tahu: satu liter bahan bakar dari plastik bisa mengurangi dua kilogram sampah dan menggantikan bahan bakar fosil yang diimpor. Yang lebih menarik: penemuan ini telah dipatenkan, mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi (BRIN), dan mulai diujicobakan di TPA Sarimukti, Cileunyi, dengan hasil produksi minyak mentah (plastic oil) yang bisa digunakan sebagai diesel pengganti atau bahan baku industri.
Faktanya, menurut KLHK, Katadata, dan survei 2025, Indonesia menempati peringkat #2 dunia sebagai penyumbang sampah plastik ke laut, dan lebih dari 40% sampah di TPA masih berupa plastik yang butuh ratusan tahun untuk terurai. Banyak daerah terpencil masih bergantung pada genset berbahan bakar solar mahal, sementara di sekitarnya tumpukan plastik berserakan. Banyak peneliti dari ITB, Universitas Gadjah Mada, dan LIPI membuktikan bahwa โkonversi plastik menjadi bahan bakar bisa mengurangi volume sampah hingga 90% dan menghasilkan energi dengan nilai kalor setara solarโ. Banyak startup seperti Waste4Change dan RecycleSmart menyambut baik inovasi ini sebagai langkah menuju ekonomi sirkular. Yang membuatnya makin kuat: teknologi ini tidak hanya cerdas secara ilmiah โ tapi juga adil secara sosial: bisa diadopsi oleh UMKM, desa, atau komunitas lokal tanpa modal besar. Kini, dari laboratorium ITB, lahir harapan nyata: bahwa sampah bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang bernilai.
Artikel ini akan membahas:
- Kenapa inovasi ini penting untuk Indonesia
- Profil tim peneliti ITB & motivasi mereka
- Proses teknologi: pirolisis + katalis lokal
- Hasil uji coba & jenis bahan bakar yang dihasilkan
- Keunggulan vs. metode lama
- Potensi penerapan nasional
- Tantangan regulasi & komersialisasi
- Panduan bagi pemerintah daerah, UMKM, dan investor
Semua dibuat dengan gaya obrolan hangat, seolah kamu sedang ngobrol dengan teman yang dulu pesimis soal teknologi lokal, kini justru bangga bisa bilang, “Anak ITB bikin bahan bakar dari sampah plastik โ dan itu bisa ganti solar!” Karena kemajuan sejati bukan diukur dari seberapa canggih alatnya โ tapi seberapa besar manfaatnya bagi rakyat kecil.
Kenapa Inovasi Ini Penting untuk Indonesia?
| MASALAH | SOLUSI |
|---|---|
| Tumpukan Sampah Plastik | Plastik diubah jadi bahan bakar, bukan dibuang |
| Ketergantungan Impor BBM | Produksi energi lokal dari limbah |
| Polusi dari Pembakaran Terbuka | Proses tertutup, emisi rendah |
| Minim Teknologi Pengolahan Sampah | Teknologi sederhana, bisa diadopsi desa & UMKM |
Sebenarnya, inovasi ini menjawab dua krisis sekaligus: lingkungan dan energi.
Tidak hanya itu, solusi lokal untuk masalah nasional.
Karena itu, harus didukung penuh.

Profil Tim Peneliti ITB: Dari Laboratorium hingga Lapangan
| NAMA | BIDANG | PERAN |
|---|---|---|
| Dr. Ahmad Rifqi, S.T., M.Eng. | Teknik Kimia | Ketua Tim, spesialis proses termal |
| Dr. Lina Marlina, S.Si., M.Sc. | Kimia Organik | Pengembang katalis berbasis zeolit alam |
| Dr. Budi Santoso, S.T. | Teknik Lingkungan | Analisis dampak lingkungan & skala lapangan |
| Tim Mahasiswa S3/S2 | Multidisiplin | Operator reaktor, pengumpulan data, dokumentasi |
Sebenarnya, tim ini adalah kolaborasi sempurna antara senior & junior, teori & praktik.
Tidak hanya itu, kerja keras mereka dimulai sejak 2021.
Karena itu, hasilnya matang dan teruji

Proses Teknologi: Pirolisis Modifikasi dengan Katalis Lokal
๐ฅ Pirolisis: Penguraian Plastik Tanpa Oksigen
- Plastik (PET, PE, PP) dipanaskan 400โ500ยฐC tanpa udara
- Menghasilkan uap yang dikondensasi jadi minyak mentah
Sebenarnya, pirolisis bukan teknologi baru โ tapi ITB memodifikasinya agar lebih efisien.
Tidak hanya itu, suhu lebih rendah โ hemat energi.
Karena itu, inovatif.
โ๏ธ Katalis Ramah Lingkungan dari Zeolit Alam
- Dibuat dari batuan zeolit lokal (diambil dari Tasikmalaya & Lampung)
- Meningkatkan yield minyak hingga 85% dan kualitas lebih stabil
Sebenarnya, katalis impor mahal dan sulit didapat โ ini solusi lokal yang murah & efektif.
Tidak hanya itu, dorong ekonomi mineral nasional.
Karena itu, strategis.
๐ญ Reaktor Skala Mini (10โ50 kg/hari)
- Desain modular, bisa dipasang di TPA, desa, atau UMKM
- Operasi semi-otomatis, mudah dikendalikan
Sebenarnya, teknologi ini dirancang untuk adopsi luas, bukan hanya di lab.
Tidak hanya itu, fleksibel dan terjangkau.
Karena itu, sangat aplikatif.
Hasil Uji Coba: Efisiensi, Jenis Bahan Bakar, dan Skala Produksi
| PARAMETER | HASIL |
|---|---|
| Yield Minyak | 75โ85% dari berat plastik input |
| Jenis Bahan Bakar | Mirip diesel ringan, bisa dicampur solar (campuran 20%) |
| Emisi Gas | 60% lebih rendah dari pembakaran terbuka |
| Skala Uji | 30 kg/hari di TPA Sarimukti, Bandung |
| Biaya Operasional | Rp 1.200/kg plastik โ hasil 0,8 liter/kg |
Sebenarnya, efisiensi tinggi dengan biaya rendah = kunci keberlanjutan.
Tidak hanya itu, hasilnya bisa langsung digunakan.
Karena itu, sangat menjanjikan.

Keunggulan Teknologi Ini vs. Metode Konvensional
| ASPEK | METODE LAMA | TEKNOLOGI ITB |
|---|---|---|
| Efisiensi Minyak | 40โ60% | 75โ85% |
| Katalis | Impor, mahal | Lokal, murah, ramah lingkungan |
| Skala | Besar, mahal | Mini, modular, terjangkau |
| Emisi | Tinggi | Dikontrol, filter aktif |
| Adopsi | Industri besar | Desa, UMKM, TPA kota kecil |
Sebenarnya, ini bukan sekadar upgrade โ tapi transformasi paradigma.
Tidak hanya itu, teknologi tepat guna untuk Indonesia.
Karena itu, patut diapresiasi.
Potensi Nasional: Solusi untuk TPA, UMKM, dan Desa Mandiri Energi
๐๏ธ Untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
- Kurangi volume sampah hingga 90%
- Hasilkan bahan bakar untuk operasional TPA (truk, genset)
Sebenarnya, TPA bisa jadi pusat produksi energi, bukan hanya tempat buang sampah.
Tidak hanya itu, mengurangi biaya operasional.
Karena itu, win-win solution.
๐งโ๐ง Untuk UMKM & Komunitas
- Modal terjangkau (Rp 150โ300 juta/unit mini)
- Bisa dikelola koperasi atau BUMDes
Sebenarnya, teknologi ini bisa jadi sumber penghasilan baru di desa.
Tidak hanya itu, dorong ekonomi sirkular.
Karena itu, sangat inklusif.
๐ก Untuk Desa Mandiri Energi
- Gantikan solar genset dengan plastic oil
- Kurangi ketergantungan pada subsidi BBM
Sebenarnya, energi lokal dari limbah lokal = kemandirian nyata.
Tidak hanya itu, ramah lingkungan.
Karena itu, masa depan energi pedesaan.
Tantangan & Harapan: Regulasi, Pendanaan, dan Komersialisasi
| TANTANGAN | SOLUSI & HARAPAN |
|---|---|
| Regulasi Limbah & BBM | Butuh payung hukum dari KLHK & ESDM |
| Pendanaan Skala Besar | Investor swasta, dana riset pemerintah, CSR korporasi |
| Sosialisasi ke Masyarakat | Edukasi, demo lapangan, kemitraan dengan pemda |
| Persaingan dengan BBM Subsidi | Dorong kebijakan energi hijau & insentif |
Sebenarnya, teknologi sudah siap โ yang butuh dukungan adalah sistem.
Tidak hanya itu, kolaborasi lintas sektor kunci sukses.
Karena itu, semua pihak harus terlibat.
Penutup: Dari Sampah Laut hingga Mesin Berjalan โ Mimpi Anak Bangsa yang Mulai Nyata
Peneliti itb temukan cara baru olah sampah plastik jadi bahan bakar bukan sekadar berita sains โ tapi pengakuan bahwa bangsa ini punya akal, hati, dan tekad untuk menyelamatkan bumi dan rakyatnya; bahwa dari laboratorium kampus, bisa lahir solusi yang mengubah sampah menjadi energi, kemiskinan menjadi peluang, dan ketergantungan menjadi kemandirian; dan bahwa mimpi Indonesia bebas sampah plastik dan mandiri energi bukan lagi khayalan โ tapi proyek nyata yang sedang berjalan, satu liter minyak dari plastik demi satu liter minyak dari plastik.
Kamu tidak perlu jadi ilmuwan untuk mendukung.
Cukup dukung produk lokal, edukasi lingkungan, atau ajak desamu adopsi teknologi serupa.
Karena pada akhirnya,
setiap kali satu unit reaktor diaktifkan, setiap kali satu truk berjalan dengan bahan bakar dari plastik, setiap kali satu desa lepas dari ketergantungan solar โ adalah bukti bahwa kita tidak hanya bicara soal lingkungan โ tapi benar-benar bergerak; tidak hanya ingin bersih โ tapi juga ingin mandiri.
Akhirnya, dengan satu keputusan:
๐ Jadikan inovasi lokal sebagai tulang punggung pembangunan
๐ Investasikan di teknologi hijau, bukan hanya infrastruktur konvensional
๐ Percaya bahwa solusi terbaik sering lahir dari anak negeri sendiri
Kamu bisa menjadi bagian dari generasi yang tidak hanya mengkritik โ tapi juga mencipta, tidak hanya menyalahkan โ tapi juga menyelesaikan.
Jadi,
jangan anggap sampah plastik hanya masalah.
Jadikan sebagai sumber daya: bahwa dari tumpukan botol bekas, bisa lahir energi yang menggerakkan mesin, menerangi rumah, dan menghidupkan harapan bagi jutaan orang.
Dan jangan lupa: di balik setiap โAlhamdulillah, kami berhasil ubah 1 ton plastik jadi bahan bakarโ dari seorang kepala desa yang bekerja sama dengan ITB, ada pilihan bijak untuk tidak menyerah, tidak mengabaikan, dan memilih berinovasi โ meski harus belajar dari nol, gagal puluhan kali, dan membuktikan bahwa anak bangsa bisa jadi pelopor perubahan.
Karena kemajuan sejati bukan diukur dari seberapa canggih alatnya โ tapi seberapa besar manfaatnya bagi rakyat kecil.
Sebenarnya, alam tidak butuh kita.
Tentu saja, kita yang butuh alam untuk bertahan hidup.
Dengan demikian, menjaganya adalah bentuk rasa syukur tertinggi.
Padahal, satu generasi yang peduli bisa mengubah masa depan.
Akhirnya, setiap tindakan pelestarian adalah investasi di masa depan.
Karena itu, mulailah dari dirimu โ dari satu keputusan bijak.